Rabu, 17 Juni 2015

Akuntansi Perusahaan Dagang


AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG












 










Ø  Pendapatan Penjualan
Ø  Harga Pokok Penjualan
Ø  Laba Kotor
Ø  Biaya Operasional
Ø  Laba Bersih
 
Ø  Jurnal penyesuaian
Ø  Penyusunan Neraca Lajur
Ø  Penyusunan Laporan Keuangan
Ø  Pembuatan Jurnal penutup pada Akhir Periode
 




KEGIATAN PERUSAHAAN DAGANG
Dalam catatan maupun prosedur akuntansi perusahaan dagang tidak berbeda dengan perusahaan jasa. Sesuai dengan konsep penanding (matching principle) laba bersih (Rugi) suatu perusahan dagang dihitung dengan cara mengurangkan biaya untuk memperoleh pendapatan dari hasil penjualan pada periode yang bersangkutan. Biaya-biaya tersebut meliputi harga pokok (cost) barang yang terjual dan biaya-biaya operasi yang terjadi selama periode yang bersangkutan. Harga pokok barang yang laku dijual disebut dengan harga pokok penjualan. Misalkan dalam suatu toko elektronik, yang disebut harga pokok penjualan meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk membeli televisi, radio, kulkas, mesin cuci dan lainnya yang telah laku dijual dalam satu periode.
 Biaya Operasi suatu toko elektronik meliputi semua biaya yang berhubungan dengan kegiatan penjualan dan administrasi toko seperti biaya sewa, gaji pegawai, biaya advertensi, biaya listrik dan biaya telpon.

Perbedaan kegiatan perusahaan jasa dan perusahaan dagangan adalah perusahaan pertama menjual jasa sedangkan perusahaan yang kedua menjual barang dagangan. Karena adanya barang secara fisik yang dibeli dan dijual, biasanya perusahaan dagang mempunyai gudang untuk menyimpan barang dagangan. yang disebut dengan persediaan barang dagangan. Perusahaan membeli barang dagangan dari pemasok dan menjualanya kembali kepada pelanggan


Prosedur laba (rugi) untuk perusahaan dagang dapat kita lihat pada

Laba Bersih
 
Biaya Operasional
 
Pandapatan Penjualan
 





AKUNTANSI UNTUK PENJULAN BARANG DAGANGAN

Penjualan barang dagangan juga dicatat  dengan mendebet rekening kas atau piutang dagang dan mengkredit rekening pendapatan. Nama rekening pendapatan yang biasanya digunakan untuk mencatat transaksi penjualan barang dagangan adalah penjualan.
Penjualan barang dagangan dapat dilakukan secara tunai atau dapat dilakukan secara kredit.


PENJUALAN TUNAI
Penjualan tunai biasanya dicatat pada Register Kas dan pada akhir hari kerja dijumlah. Penjualan tunai seperti ini dapat dicatat sebagai berikut :


 
Kas            Rp 10.000.000
        Penjualan                                Rp 10.000.000
             
            (untuk mencatat transaksi penjualan tunai)
    
Penjualan kepada pelanggan yang membayar dengan kartu kredit bank misalkan (Master Card, Visa Card) biasanya dianggap sebagai penjualan tunai. Kartu kredit yang diterima oleh sipenjual disetor ke bank bersama dengan diterima uang  kontan dan cek yang diterima dari pelanggan. Secara berkala bank membebankan ongkos jasa pengurusan penjualan dengan kartu kredit tersebut. Ongkos jasa ini didebet ke perkiraan beban.



PENJUALAN KREDIT
Suatu perusahaan sering juga menjual barang dagangan secara kredit yaitu bilamana pembayaran baru diterima bebarapa waktu kemudian. Penjualan semacam ini dibukukan debet  pada rekening Piutang dagang dan kredit rekening penjualan, jurnalnya adalah :


 
Piutang Dagang                     Rp 10.000.000
        Penjualan                                Rp 10.000.000
(Untuk mencatat transaksi penjualan kredit)

Rekening penjulan hanya digunakan untuk mencatat penjualan barang dagangan. Apabila sebuah perusahaan dagangan menjual peralatan kantor (bukan barang dagangan), maka yang dikredit adalah rekening Peralatan Kantor, bukan rekening Penjualan.
Penjualan dengan kartu kredit yang bukan dikeluarkan oleh bank  misalnya American Express umumnya harus dilaporkan secara berkala kepada perusahaan yang mengelolah kartu kredit tersebut sebelum dapat dicairkan menjadi uang tunai.Penjualan seperti ini menimbulkan piutang pada perusahaan pengelolah kartu kredit tersebut. Pengelolah kartu kredit akan memungut ongkos jasa pengurusan sebelum mengirimkan uang tunai pencairan kartu kredit tersebut. Misalkan penjualan dengan menggunakan kartu kredit bukan bank Rp 5.000.000 dan dilaporkan kepada perusahaan pengelolah kartu kredit pada tanggal 10 Januari. Pada Tanggal 15 Januari perusahaan pengelolah kartu kredit memotong ongkos sebesar Rp 125.000 dan mengirim uang sebesar Rp 4.875.000. Transaksi tersebut dapat dicatat :



10 Januari     Piutang Dagang                    Rp 5.000.000
                                      Penjualan                       Rp 5.000.000
                      ( Penjualan dgn menggunakan American Express)


15 Janauri     Kas                                                 Rp 4.875.000
                       Beban Penagihan Kartu Kredit      Rp    125.000
                                   Piutang dagang                                    Rp 5.000.000

    ( Penerimaan kas dari American Express untuk penjualan
      yang dilaporkan tanggal 10 Januari)


RETUR DAN POTONGAN PENJUALAN 

Barang dagangan yang telah terjual mungkin saja dikembalikan oleh pelanggan (retur penjualan) atau karena barangnya cacat atau karena alasan lain sehingga pembeli tidak puas. Kepada pelanggan diberikan potongan dari harga semula barang yang dijual tersebut (potongan penjualan). Bila retur penjualan atau potongan penjualan menyangkut penjualan kredit, biasanya penjual menyampaikan nota kredit (Credit Memorandum) kepada pelanggan.
Nota kredit menunjukkan jumlah yang dikreditkan pada pelanggan serta alasan pengkreditan tersebut.
Retur penjualan pada hakikatnya merupakan pembatalan atas penjualan yang telah dilakukan perusahaan (baik sebagian ataupun seluruhnya). Pengaruh Retur ataupun potongan penjualan adalah berkurangnya pendapatan penjualan dan berkurangnya kas atau piutang dagang.
Bila perkiraan penjualan didebet, maka saldo perkiraan penjualan ini pada akhir periode akan menunjukkan penjualan bersih (net Sales), dan jumlah retur dan potongan penjualan tidak akan diungkapkan lagi. Karena berkurangnya pendapatan disebabkan oleh potongan penjualan, dan berbagai beban yang berkaitan dengan pengembalikan barang  (angkutan, pengepakan, perbaikan, penjualan kembali dan sebagainya), disarankan agar jumlah transaksi seperti ini diketahui oleh manajemen. Kebijakan semacam ini akan memungkinkan manajemen menentukan sebab-sebab retur dan potongan tersebut, seandainya jumlahnya sangat besar, dan untuk mengambil tindakan perbaikan. Kerena alasan inilah kita cendrung mendebet perkiraan yang disebut Retur dan potongan penjualan ( Sales Return and Allowances ). Bila penjualan semula dilakukan secara kredit, maka sisa transaksi tersebut dicatat sebagai kredit ke piutang dagang. Misalnya diterima pengembalian barang karena rusak dari salah seorang pelanggan senilai Rp 250.000 yang berasal dari transaksi penjualan kredit. maka pencatatn yang dilakukan untuk pengembalian barang tersebut adalah :
 
Retur dan Potongan Penjualan       Rp 250.000
                 Piutang Dagang                                Rp 250.000
            ( Berdasarkan nota kredit no. 234)


Jika uang tunai yang dikembalikan karena barang yang dikembalikan  ataupun karena potongan harga, maka retur dan potongan penjualan didebet dank as dikredit


POTONGAN PENJUALAN

Jika penjualan dilakukan secara kredit, maka syarat pembayaran dimasa akan datang harus ditetapkan dengan jelas, sehingga kedua pihak mengetahui berapa jumlah yang harus dibayar dan kapan pembayaran dilakukan. Syarat penjualan biasanya dicantumkan dalam faktur penjualan dan merupakan bagian dari perjanjian penjualan. Syarat perjanjian disebut juga dengan termin yang biasa ditulis 2/10, n/30, artinya adalah akan diberikan potongan 2% jika pembayaran dilakukan 10 hari sesudah tanggal faktur, tapi tidak melewati 30 hari sejak tanggal faktur.
Syarat penjualan kadang kala juga ditulis dengan symbol n/30 (n adalah singkatan dari netto) yang artinya harga faktur neto atau keseluruhan harga faktur harus dibayar dalam waktu 30 hari sesudah tanggal faktur, cara lain menyatakan syarat penjualan adalah misal n,10/EOM (End of Month) atau akhir bulan. Ini berarti faktur harus dibayar dalam waktu 10 hari sesudah akhir bulan, dihitung dari bulan yang tertulis pada faktur.
Pada saat transaksi penjualan penjual belum mengetahui apakah pembeli akan memanfaatkan potongan atau tidak. Biasanya perusahaan mencatat penjualan sebesar harga faktur bruto.
Contoh :
Pada tanggal 20 Januari perusahaan Amazon menjual barang dagangan kepada seorang pembeli seharga Rp 10.000.000 secara kredit, dengan syarat 2/10,n/30. Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan ini adalah :

20 Januari       Piutang dagang                  Rp 10.000.000
                             Penjualan                                         Rp 10.000.000

                          (Pencatatan penjualan barang dagangan dengan
                           syarat 2/10,n/30)


Syarat penjualan diatas mempunyai arti bahwa perusahaan Amazon akan memberikan potongan 2% ( 2% x 10.000.000 = 200.000) jika pembeli melakukan pembayaran tidak melewati tanggal 30 Januari atau jika melewati tanggal 30 Januari tapi tidak lebih dari tanggal 19 Februari pembeli harus membayar penuh yaitu 10.000.000. Jurnal pencatatan transaksi tanggal 30 Januari adalah :

30 Januari        Kas                          Rp 9.800.000
                         Potongan penjualan Rp    200.000
                                      Piutang Dagang                       Rp 10.000.000
                         ( Pencatatan penerimaan piutang dikurangi potongan
                            2%)

Seandainya pembeli melakukan pengembalian barang (retur) sebelum pembayaran dilakukan, maka potongan hanya dikenakan pada harga barang yang jadi dijual (tidak dikembalikan). Sebagai contoh seandainya konsumen yang melakukan pembelian pada tanggal 10 Januari seharga Rp 10.000.000 dengan syarat 2/10,n/30, pada tanggal 15 Januari mengembalikan barang yang rusak seharga Rp 2.000.000, maka harga faktur brutoatas barang yang jadi dibeli adalah Rp 8.000.000 (Rp 10.000.000 – Rp 2.000.000). Dengan demikian potongan tunai harus dihitung atas dasar harga Rp 8.000.000. Misalkan pembeli melakukan pembayaran tanggal 19 Januari maka ia akan mendapat potongan sebesar Rp 160.000 (2% x Rp 8.000.000). Jurnal yang dicatat adalah :

19 Januari        Kas                                   Rp 7.840.000
                         Potongan tunai penjualan Rp    160.000
                                 Piutang dagang                             Rp 8.000.000
                         (untuk mencatat penerimaan piutang dengan
                          potongan 2%)

Seandainya pembayaran piutang diterima tanggal 21 Januari, maka perusahaan, maka pembeli tidak memanfaatkan potongan, maka ia harus membayar penuh sebeesar Rp 8.000.000. Jurnal yang dilakukan adalah :

21 Januari       Kas                           Rp 8.000.000
                              Piutang Dagang                      Rp 8.000.000
                          (Untuk mencatat penerimaan piutang dagang)



Contoh penyajian rekening-rekening tersebut dalam laporan rugi laba adalah :
PT XYZ
Laporan Rugi-Laba (sebagian)


 
Penjualan   ……………………………………………………   Rp  10.000.000
Kurangi :  Retur dan Potongan penjualan  Rp 250.000
                 Potongan Penjualan                   Rp 160.000
                                                                  Rp  410.000
Penjualan bersih ………………………………………….       Rp    9.590.000




HARGA POKOK PENJUALAN

Harga pokok barang yang telah laku dijual biasa disebut juga Harga Pokok Penjualan (HPP). Untuk mendapat memahami cara menentukan harga pokok penjualan pada suatu periode, kita harus memahami dahulu pengertian persediaan dagangan dan harga pembelian bersih.


PERSEDIAAN BARANG DAGANG (INVENTORY)

Persediaan barang dagangan adalah barang-barang yang disediakan untuk dijual kepada para konsumen selama periode normal kegiatan perusahaan.
Persediaan yang dimiliki perusahaan pada awal periode akuntansi, disebut persediaan awal. Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan pada akhir periode akuntansi disebut dengan persediaan akhir dan akan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar yaitu pada rekening persediaan dan dipihak lain dicantumkan dalam laporan rugi-laba sebagai salah satu elemen yang akan berpengaruh pada penentuan laba bersih perusahaan.
Ada dua system pencatatan persediaan yakni metode persediaan periodik dan metode persediaan perpetual.

Metode Persediaan Periodik
Dalam metode periodik, adanya transaksi peembelian tidak didebet pada rekening persediaan tapi didebet pada rekening pembelian begitu juga dengan transaksi penjualan tidak dikredit pada reeking persediaan tapi pada reeking penjualan.
Informasi mengenai persediaan yang ada pada suatu saat tertentu, tidak didapat dari rekening persediaan tapi melalui perhitungan fisik atas persediaan yang ada digudang. Perhitungan fisik biasa dilakukan pada saat perusahaan akan menyusun laporan keuangan. Dalam metode ini perhitungan fisik mempunyai peranan penting, karena tanpa perhitungan fisik laporan keuangan tidak dapat disusun. Dalam pembahasan ini kita akan menggunakan metode pisik atau periodik.

Metode Persediaan Perpetual
Dalam metode perpetual, baik jumlah penjualan maupun harga pokok penjualan dan dicatat pada setiap saat barang dijual. Dengan cara ini catatan akuntansi akan secara terus menerus mengungkapkan besarnya persediaan yang ada.

Contoh perhitungan Harga Pokok Penjualan adalah :
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan  barang, 1 Januari                                      Rp    10.000
Pembelian                                                                      Rp  530.000
Dikurangi : Retur dan Potongan pembelian Rp   20.000
                   Potongan pembelian                  Rp   10.600
Pembelian bersih                                                          Rp  499.400
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual                Rp   509.400
Dikurangi : Persediaan barang, 31 Desember             Rp     60.000
Harga Pokok Penjualan                                               Rp   449.400


PERSEDIAAN AWAL
Persediaan awal sebesar Rp 10.000 diperoleh dari perhitungan fisik periode yang lalu         


PEMBELIAN
Apabila perusahaan menggunbakan metode persediaan periodic, maka pembelian barang  dagangan dicatat dengan mendebet rekening pembelian. Rekening pembelian merupakan sebuah rekening sementara yang digunakan untuk mengumpulkan seluruh harga pokok barang yang dibeli selama periode, sehingga pada tiap akhir peeriode rekening ini harus ditutup.
Misalkan pada tanggal 5 Januari perusahaan membeli barang dagangan secara kredit (2/10, n/30) seharga Rp 530.000. Transaksi ini dicatat :




5 Januari       Pembelia            Rp 530.000
                                      Hutang Dagang              Rp 530.000
                     ( untuk mencatat pembelian barang dagangan
                         dengan termin (2/10,n/30)


Rekening pembelian hanya digunakan untuk mencatat pembelian barang dagangan, apabila perusahaan membeli barang yang digunakan untuk keperluan sendiri misalnya membeli lemari untuk dipakai sendiri, maka yang didebet adalah rekening aktiva yang bersangkutan.

RETUR DAN POTONGAN PEMBELIAN
Seperti halnya transaksi  penjualan, dalam transaksi pembelian terdapat juga retur pembelian. Apabila barang yang dibeli dari pemasok ternyata rusak atau tidak memuaskan, maka biasa pembeli mengembalikan barang tersebut dan utang kepada pemasok menjadi berkurang. Kemungkinan lain adalah barang tersebut tidak dikembalikan oleh pembeli tapi ia meminta potongan harga. Untuk mencatat kejadian ini biasanya digunakan rekening Retur dan Potongan pembelian.
Misal Pada tanggal 6 Januari dikembalikan barang sebesar Rp 20.000 yang dibeli pada tanggal 5 Januari. Maka jurnalnya adalah :

6 Januari    Hutang Dagang             Rp 20.000
                                      Retur Pembelian              Rp 20.000
                   (untuk mencatat pengembalian barang )


Transaksi retur pembelian sebenarnya dapat dicatat dengan mengkredit rekening pembelian. Namun banyak perusahaan menyukai rekening retur  dan potongan pembelian, karena dari rekening ini dapat diketahui jumlah retur pembelian yang terjadi selama periode.
Rekening retur dan potongan peembelian merupakan rekening lawan terhadap rekening pembelian. Saldo reking retur dan potongan pembelian harus dikurangkan terhadap jumlah pembelian kotor, sehingga dapat diketuhi pembeelian bersih.

POTONGAN TUNAI PEMBELIAN
Apabila barang dagangan dibeli secara kredit maka syarat pembayarannya ditulis pada faktur peembelian. Pemasok biasanya memberikan potongan kepada pembeli yang membayar dalam waktu yang telah ditentukan. Jika penjual memberikan potongan tunai, maka potongan tersebut oleh pembeli dinamakan potongan tunai pembelian.
Sehubungan dengan contoh sebelumnya yaitu pada tanggal 5 Januari perusahaan membeli barang dagangan secara kredit (2/10, n/30) seharga Rp 530.000 Kemudian tanggal 6 Januari dikembalikan barang sebesar Rp 20.000 yang dibeli pada tanggal 5 Januari. Seandainya tanggal 14 Januari perusahaan melunasi semua hutangnya. Maka jurnalnya adalah :

14 Januari     Hutang dagang           Rp  530.000
                      Potongan pembelian   Rp     10.600
                                      Kas                                                    Rp 519.400
                      (Jurnal untuk mencatat saat pembayaran atas pembelian
                       barang tanggal 5 Januari, dengan potongan 2%)


POTONGAN RABAT
Biasanya pembelian dalam jumlah yang besar bisanya mendapat potongan khusus dari harga resmi yang tercantum. Potongan semacam ini disebut RABAT. Rabat tidak dama dengan potongan tunai. Potongan tunai adalah potongan yang diterima karena perusahaan membayar dalam waktu yang telah ditentukan dalam syarat pembelian, sedangkan rabat adalah potongan yang diterima berupa pengurang harga dari harga resmi. Rabat biasanya ditentukan dalam tarif. Misalnya Barang dengan harga menurut daftar sebesar Rp100.000 dijual dengan rabat 30% . Harga jual sesungguhnya menjadi Rp 70.000 ( 100.000- (30% x Rp 100.000). Rabat tidak dicatat dalam pembukuan, baik dalam pembukuan pembeli maupun penjual.


BIAYA ANGKUT
Perjanjian antara penjual dan pembeli mencakup ketentuan mengenai pihak manakah yang harus menanggung biaya angkut barang ke gudang pembeli. Bila pembeli yang menanggung biaya tersebut, ketentuan ini disebut franco gudang penjual (FOB Shipping point), bila biaya angkut ditanggung oleh penjual, ketentuan ini disebut franco gudang pembeli ( FOB Destination).

Biaya Angkut bagi Pembeli
Bila barang dibeli dengan syarat franco gudang penjual, maka biaya angkut yang telah dibayar oleh pembeli hendaknya didebet ke perkiraan Pembelian dan dikredit ke rekening Kas. Beberapa perusahaan menggunakan perkiraan yang diberi judul Angkos Angkut. Saldo perkiraan ini ditambahkan ke saldo perkiraan pembelian untuk menetapkan jumlah harga pokok barang yang dibeli.
Dalam bebrapa hal, penjual mungkin membayar dimuka biaya angkut dan menambahkannya ke Faktur, walaupun dalam perjanjiannya dinyatakan bahwa pembeli yang menanggung biaya angkut tersebut (franco gudang penjual). Bila penjual membayar lebih dulu biaya angkut, pembeli akan memasukkan biaya itu dalam debet pembelian dan kredit hutang dagang. Misalnya tanggal 15 Januari Amazon Co. membeli barang dari Bill Co. secara kredit seharga Rp 5.000.000 dengan syarat franco gudang penjual, (2/10,n/30) ditambah biaya angkut yang telah dibayar lebih dahulu oleh penjual sebesar Rp50.000yang ditambahkan ke faktur. Ayat jurnalnya adalah :

15 Januari        Pembelian      Rp 5.050.000
                         Hutang dagang                  Rp 5.050.000
                          (mencatat pembelian barang dagangan dengan
         franco gudang pembeli)

Bila dalam perjanjian dicantumkan adanya potongan harga untuk pelunasan lebih awal, maka potongan itu dihitung dari jumlah penjualan dan bukan dari total jumlah dalam faktur. Misalkan Amazon Co. membayar hutang tanggal 20 Januari , maka perhitungannya adalah :

Faktur dari Bill   termasuk biaya angkut    Rp 50.000 yang telah dibayar lebih dulu oleh penjual                                              Rp 5.050.000
Dasar menghitung potongan   Rp 5000.000                 
Tarif potong 2%
Jumlah potongan (5.000.000 x 2%)            Rp    100.000
Jumlah pembayaran                                   Rp 4.950.000

Amazon akan menjurnal :

20 Januari     Hutang dagang Rp 5.050.000
                   Kas                       Rp 4.950.000
                    Potongan pembelian                Rp    100.000

Biaya Angkut bagi penjual
Bila dalam perjanjian dinyatakan bahwa penjual menanggung biaya angkut (franco gudang pembeli), maka biaya angkut yang dibayar oleh penjual didebet ke perkiraan Biaya transport. Total biaya ini dilaporkan dalam perhitungan rugi laba sebagai biayapenjualan.

PERSEDIAAN AKHIR
Pada akhir periode akuntansi, perusahaan yang menggunakan metoda periodic harus melakukan perhitungan atas jumlah fisik persediaan yang belum terjual. Jumlah fisik persediaan ini kemudian dikalikan dengan harga pokok yang sesuai, sehingga dapat ditentukan harga pokok persediaan akhir periode.




LABA KOTOR
Laba kotor yang dimiliki oleh perusahaan berasal dari Penjualan neto dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan. Contoh :

Penjualan bersih                     Rp    9.590.000
Harga Pokok Penjualan           Rp       449.400
Laba Kotor                               Rp    9.140.600


BIAYA OPERASIONAL

Biaya operasi perusahaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan subjek. Pada perusaaah pengecar umumnya cukup membagi beban operasi menjadi dua kelompok, yaitu biaya penjualan dan biaya umum.
Biaya yang timbul  secara langsung dan seluruhnya berhubungan dengan penjualan barang dagangan, digolongkan sebagai biaya penjualan  (selling expenses). Contoh biaya gaji pegawai bagian penjualan, perlengkapan gudang yang digunakan, penyusutan [eralatan gudang dan beban iklan.
Beban yang timbul dalam operasi umum perusahaan digolongkan sebagai biaya umum atau biaya administrasi. Contoh gaji pegawai kantor, asuransi dan pajak biasanya dilaporkan dalam biaya umum.
Biaya yang reletif kecil jumlahnya dan tidak dapat diindentifikasi ke perkiraanutama umumnya dikumpulkan dalam perkiraan biaya penjualan rupa-rupa dan biaya umum rupa-rupa.


LABA DARI OPERASIONAL
Selisih antara laba kotor dengan total biaya operasi disebut laba dari operasi. Jumlah laba operasi dan hubungannya dengan investassi modal serta penjumlahan bersih merupakan faktor penting untuk menilai efisiensi manajemen dan tingkat profitabilitas perusahaan. Bila biaya operasi lebih besar dari laba kotor, selisih ini disebut kerugian dari operasi.



LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

PERUSAHAAN DAGANG MUTIARA
NERACA SALDO
31 DESEMBER  2002 (dalam ribuan rupiah)
Rekening
Saldo

Debet
Kredit
Kas
Rp 9.500

Piutang dagang
16.100

Persediaan barang dagangan
36.000

Asurasni Dibayar dimuka
3.800

Gedung
80.000

Akumulasi Depresiasi Gedung

Rp 16.000
Utang Dagang

20.400
Modal, Mutiara

83.000
Prive, Mutiara
15.000

Penjualan

480.000
Retur dan Potongan penjualan
12.000

Potongan tunai penjualan
8.000

Pembelian
325.000

Retur dan potongan pembelian

10.400
Potongan tunai pembelian

6.800
Biaya angkut pembelian
12.200

Biaya angkut penjualan
7.000

Biaya iklan
16.000

Biaya sewa
19.000

Biaya gaji
40.000

Biaya rupa-rupa
17.000

Total
616.600
616.600

Prosedur-prosedur akhir periode pada perusahaan dagang dengan Metode Pisik
  1. Pembuatan jurnal penyesuaian
  2. Penyusunan Neraca Lajur
  3. Penyusunan Laporan Keuangan
  4. Pembuatan jurnal penutup pada akhir periode



PENYESUAIAN
Penyesuaian diperlukan pada akhir periode didalam suatu perusahaan dagang, pada umumnya tidak berbeda dengan penyesuaian-penyesuaian dengan perusahaan jasa.
Perusaah yang menggunakan metode periodik sangat sederhana, namun metode ini tidak dapat menyediakan informasi mengenai dua hal yang sangat diperlukan dalam laporan keuangan, yaitu informasi tentang :
  1. Persediaan yang ada pada setiap saat diperlukan
  2. Harga pokok barang yang sudah dijual ( harga pokok penjualan)

Hal ini disebabkan karena dalam metode persedian periodik rekening persediaan barang dagangan tidak digunakan untuk mencatat pertambahan persediaan karena adanya transaksian pembelian dan sebaliknya juga tidak mencatat pengurangan persediaan karena adanya transakssi penjualan sehingga dalam buku besar rekening persediaan hanya menunjukkan saldo persediaan barang dagangan pada awal periode. Rekening ini tidak dapat memberi informasi mengenai jumlah persediaan yang ada pada saat-saat tertentu. Pada akhir periode perusahaan melakukan perhitungan atas jumlah fisik persediaan yang ada digudang (belum terjual) pada akhir periode. Informasi tentang persediaan akhir yang diperoleh melalui perhitungan fisik ini harus dimasukkan dalam pembukuan perusahaan, agar pembukuan dapat memberikan informasi sesuai dengan keadaan keadaan yang sebenarnya pada akhir periode akuntansi. Proses untuk memasukkan data persediaan akhir ini kedalam pembukuan perusahaan dilakukan dengan membuat jurnal penyesuaian.






HPP = Persediaan Awal + Pembelian – Persediaan Akhir
 
 









Sesuai dengan rumus diatas maka jurnal penyesuaian untuk mecatat harga pokok peenjualan dan persediaan akhir pada perusahaan yang menggunakan persediaan periodic adalah :










Harga Pokok Penjualan           Rp xxxx
          Persediaan Barang Dagangan           Rp xxxx

(untuk memindahkan saldo rekening persediaan awal ke dalam rekening Harga Pokok Penjualan)
 



Harga Pokok Penjualan           Rp xxxx
          Pembelian                                Rp xxxx

(untuk  memindahkan saldo rekening pembelian ke rekening Harga Pokok Penjualan)
 


Persediaan                     Rp xxxx
Harga Pokok Penjualan              Rp xxxx
         
(untuk mencatat saldo persediaan akhir )
 
 




























Apabila dalam buku besar terdapat rekening-rekening yang berpengaruh atas pembelian, seperti rekening biaya angkut pembelian, Retur  dan Potongan Pembelian, dan Potongan Tunai Pembelian, maka saldo rekening-rekening tersebut harus dipindahkan juga kerekening Harga Pokok Penjualan.


Harga Pokok Penjualan           Rp xxxx
Biaya Angkut Pembelian            Rp xxxx

(untuk memindahkan saldo rekening biaya angkut ke dalam rekening Harga Pokok Penjualan)
         
 
 















Retur dan Potongan Pembelian                  Rp xxxx
Harga Pokok Penjualan              Rp xxxx

(untuk memindahkan saldo rekening Retur dan Potongan Pembelian  ke dalam rekening Harga Pokok Penjualan)
         
 



Potongan Tunai Pembelian               Rp xxxx
Harga Pokok Penjualan              Rp xxxx

(untuk memindahkan saldo rekening Potongan tunai pembelian ke dalam rekening Harga Pokok Penjualan)
         
 
 


















Apabila jurnal-jurnal penyesuaian tersebut diatas dibukukan ke buku besar, maka saldo rekening Persediaan Barang Dagangan akan menunjukkan jumlah persediaan yang ada pada akhir periode dari rekening Harga Pokok Penjualan untuk periode yang bersangkutan.

Untuk memperjelas, dibawah ini data-data untuk penyesuaian pembukuan Perusahaan Dagang MUTIARA  pada akhir bulan Desember  2002 (dalam ribuan ):

  1. Persediaan barang dagangan per 31 Desember 2002 Rp 40.000
  2. Asuransi Dibayar Dimuka Rp 1.800
  3. Depresiasi Gedung 10% pertahun
  4. Gaji Pegawai yang masih harus dibayar Rp 5.000
  5. Sewa yang masih harus dibayar Rp 4.000



Berdasarkan data diatas, jurnal penyesuaian yang harus dibuat Perusahaan Dagang MUTIARA pada tanggal 31 Desember 2002 adalah (dalam ribuan ) :

JURNAL PENYESUAIAN
Tanggal
Keterangan
Jumlah
        D                K
02




Des
31
Harga Pokok Penjualan
Rp 36.000



              Persediaan Barang Dagangan

36.000






31
Harga Pokok Penjualan
325.000



              Pembelian

325.000






31
Harga Pokok Penjualan
12.200



              Biaya Angkut Pembelian

12.200






31
Retur dan Potongan Pembelian
10.400



              Harga Pokok Penjualan

10.400






31
Potongan tunai pembelian
6.800



              Harga Pokok Penjualan

6.800






31
Persediaan barang dagangan
40.000



              Harga Pokok Penjualan

40.000






31
Biaya Asuransi
2.000



              Asuransi dibayar dimuka

2.000






31
Biaya Depresiasi Gedung
8.000



             Akum. penyusutan gedung

8.000






31
Biaya Gaji
5.000



             Hutang gaji

5.000






31
Biaya sewa
4.000



            Hutang sewa

4.000



PERUSAHAAN DAGANG MUTIARA
NERACA LAJUR
PERIODE BERKAHIR 31 DESEMBER 2002

Rekening
Neraca Saldo
Penyesuaian
Neraca saldo setelah penyesuaian
Laba Rugi
Neraca

Debet
Kredit
Debet
Kredit
Debet
Kredit
Debet
Kredit
Debet
Kredit
Kas
 9.500



9.500



9.500

Piutang dagang
16.100



16.100



16.100

Persediaan barang dagangan
36.000

40.000
36.000
40.000



40.000

Asr. Dibayar dimuka
3.800


2.000
1.800



1.800

Gedung
80.000



80.000



80.000

Akum Dep. Gedung

16.000

8.000

24.000



24.000
Utang Dagang

20.400



20.400



20.400
Modal, Mutiara

83.000



83.000



83.000
Prive, Mutiara
15.000



15.000



15.000

Penjualan

480.000



480.000

480.000


Retur &  Pot. penjualan
12.000



12.000

12.000



Pot.  tunai penjualan
8.000



8.000

8.000



Pembelian
325.000


325.000






Retur & pot. pembelian

10.400
10.400







Pot.  tunai pembelian

6.800
6.800







Bi. angkut pembelian
12.200


12.200






Bi.  angkut penjualan
7.000



7.000

7.000



Biaya iklan
16.000



16.000

16.000



Biaya sewa
19.000

4.000

23.000

23.000



Biaya gaji
40.000

5.000

45.000

45.000



Biaya rupa-rupa
17.000



17.000

17.000



Total
616.600
616.600



















Harga Pokok Penjualan


36.000
325.000
12.200
10.400
6.800
40.000


316.000



316.000



Biaya Asuransi


2.000

2.000

2.000



Biaya Dep. gedung


8.000

8.000

8.000



Hutang gaji



5.000

5.000



5.000
Hutang sewa



4.000

4.000



4.000
Saldo Laba


449.400
449.400
616.400
616.400
454.000
480.000
162.400
136.400







26.000
-
-
26.000







480.000
480.000
162.400
162.400


PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Dengan telah selesainya disusun pembuatan Neraca lajur, maka penyususnan lapran keuangan dapat dilakukan dengan mudah karena data yang diperlukan dalam pembuatan laporn keuangan telah tersedia di nerac lajur. Namun demikian dalam menyusun laporan keuangan harus dilakukan dengan memperhatikan cara-cara penyajian yang lazim.
Berikut ini adalah laporan keuangan Perusahaan Daganga MUTIARA :



PERUSAHAAN DAGANG MUTIARA
NERACA
31 DESEMBER 2002
(DALAM RIBUAN RUPIAH)
AKTIVA

PASSIVA

Aktiva Lancar
Kas                                       
PiutangDagang                               
Persediaan Barang dagangan          
Asuransi Dibayar Dimuka                  
Jumlah Aktiva Lancar

Aktiva Tak Lancar

Gedung                    80.000          
Akum. Dep Gedung  24.000
Jumlah Aktiva Tak Lancar
Jumlah Aktiva



Rp  9.500
16.100
40.000
         1.800 
67.400





        56.000
123.400

Kewajiban Lancar :
Utang Dagang
Utang Gaji
Utang Sewa
Jumlah Kewajiban Lancar


MODAL :
Modal Mutiara



Jumlah Passiva

Rp 20.400
5.000
           4.000
29.400



      94.000


  
123.400














PERUSAHAAN DAGANG MUTIARA
PERUSAHAAN DAGANG MUTIARA
LABA RUGI
31 DESEMBER 2002
(DALAM RIBUAN RUPIAH)
Penjualan                                                                                                  Rp  480.000
Kurangi :
Retur dan potongan penjualan                                              Rp 12.000
Potongan tunai penjualan                                                     Rp   8.000
                                                                                                                 Rp    20.000
Penjualan bersih                                                                                                                    Rp     460.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan 1 Jan 2002                                               Rp   36.000
Pembelian                                             Rp 325.000
Retur dan pot. Pembelian Rp 10.400
Potongan pembelian         Rp   6.800
                                                            Rp    17.200
Pembelian bersih                                                        Rp 307.800
Biaya angkut pembelian                                             Rp   12.200
Harga pokok Barang Tersedia untuk dijual                 Rp 356.000
Persediaan 31 Desember 2002                                    Rp   40.000
Harga Pokok Penjualan                                                                       Rp 316.000
Laba Kotor Penjualan                                                                                Rp  144.000
Biaya-biaya Operasi :
Biaya Angkut penjualan                     Rp    7.000                                           
Biaya Iklan                                         Rp  16.000
Biaya sewa                                         Rp   23.000
Biaya gaji                                           Rp   45.000
Biaya Asuransi                                   Rp    2.000
Biaya Depresiasi Gedung                    Rp    8.000
Biaya Rupa-rupa                                Rp  17.000
Jumlah biaya operasional                                                                         Rp 118.000

Laba Bersih                                                                                        Rp  26.000




PERUSAHAAN DAGANG MUTIARA
LABA RUGI
31 DESEMBER 2002
(DALAM RIBUAN RUPIAH)
Modal, Mutiara 1 Januari 2002                                                  Rp   83.000
Laba  31 Desember 2002                                                       Rp  26.000
Prive, Mutiara                                                                           ( Rp  15.000 )
Modal, Mutiara 31 Desember 2002                                             Rp  94.000


Tidak ada komentar:

Posting Komentar